Inibengkulu.com - Danau Dendam Tak Sudah merupakan salah satu danau tercantik yang ada di Provinsi Bengkulu.
Danau dengan pemandangan yang indah ini berada di Kelurahan Dusun Besar Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu.
Namun dibalik keindahannya ternyata Danau Dendam Tak Sudah menyimpan legenda yang menyedihkan.
Kisah ini merupakan kisah cinta yang tak berbalas yang menurut cerita rakyat merupakan asal usul nama Danau Dendam Tak Sudah.
Pada zaman dahulu kala, terdapat sepasang muda-mudi yang saling mencintai. Si gadis bernama Esi Marliani dan si pemuda yang sering dipanggil Buyung.
Esi, gadis cantik dari desa, dan Buyung, pria gagah yang terkenal dengan keberaniannya, menjalani kisah cinta yang sangat indah dan memukau.
Cinta mereka dinyatakan dengan ekspresi yang terkadang mengabaikan lingkungan sekitar, seolah-olah dunia hanya ada untuk mereka berdua.
Baca Juga: Konon dihuni mahluk gaib berparas cantik, ini 5 fakta menarik Bukit Kandis di Bengkulu Tengah
Suatu hari, di tengah hamparan padang ilalang dan pohon-pohon cempedak yang berbuah, mereka bersatu dalam kasih.
Mereka bernyanyi dan bercanda, kebahagiaan mereka membuat semua yang melihatnya merasa iri.
Bahkan hewan-hewan hutan seperti rusa, tupai, dan biawak juga menyaksikan romansa mereka yang penuh kemesraan.
Mereka berlari mengelilingi pohon-pohon cempedak, tanpa henti mengejar satu sama lain.
Bahkan akar-akar pohon beringin tidak mampu menandingi kekuatan cinta mereka ketika tangan lembut Esi dan ketangkasan Buyung saling menggenggam erat akar-akar tersebut.
Artikel Terkait
Sebanyak 60 Orang Warga di Provinsi Bengkulu Pasien HIV AIDS, Sebarannya di Dua Wilayah Ini
Hanya Ada di Bengkulu Utara, Air Terjun Ini Dikelilingi Hutan Bunga Raksasa, Tapi Jalannya Hancur
Ketinggian 2300 mdpl, inilah daerah tertinggi di Provinsi Bengkulu, suhunya lebih dingin dari Rejang Lebong
Inilah kecamatan tersepi di Kota Bengkulu, bukan Sungai Serut atau Kampung Melayu melainkan..
Inilah daerah dengan jumlah sepeda motor terbanyak di Provinsi Bengkulu, Mukomuko di urutan ketiga