Inibengkulu.com – Selain Belanda, Inggris dan Jepang, ternyata tanah Bengkulu juga pernah dijajah Prancis. Dilansir dari kemdikbud.go.id, Prancis pernah berkuasa di Bumi Raflesia selama tiga tahun (1760 – 1763).
Untuk menggugah kembali semangat nasionalisme menuju peringatan HUT RI ke 77 tahun 2022, kami akan mengulas kembali kisah penjajahan Prancis di Bengkulu. Berikut kisahnya.
Fort Marlborough menjadi saksi bisu, merasakan bagaimana pedih dan sakitnya dihantam meriam Prancis secara bertubi-tubi. Delapan ratus tembakan meriam mengoyak dan merobohkan kekokohan dinding-dinding kekar Fort Marlborough.
Baca Juga: Diduga rem blong, truk masuk jurang sedalam 20 meter di Rejang Lebong
Kerusakan Fort Marlborough merusak euforia kekuasaan Inggris di Bengkulu yang diganyang armada Prancis. Armada d’Estaing memasuki dermaga dan membuang sauh tepat dibawah dinding Fort Marlborough pada 3 April 1760.
Comte d’Estaing memimpin armadanya menghujani Fort Marlborough dengan delapan ratus tembakan meriam. Pada Tanggal 1 April 1760, 200 orang berkebangsaan Eropa dengan dibantu 1800 orang lainnya berupaya memberikan perlawanan untuk mempertahankan kedudukan kantor dagang EIC di Bengkulu.
Baca Juga: Program Kartu Prakerja gelombang 41 dibuka, buruan daftar
Mereka pun akhirnya menjadi tawanan pasukan Prancis. Kemenangan besar yang diraih Comte d’Estaing mengganyang kekuasaan Inggris dan monopoli dagang rempah yang dimiliki dari bumi Bencoelen.
Serangan Prancis terhadap Inggris yang menguasai Bengkulu dilakukan setelah berlabuh di Padang pada 13 Maret 1760. Kapal-kapal Prancis menyinggahi Kota dagang penting milik Belanda. Armada Prancis dipimpin Comte d’Estaing melanjutkan perjalanan ke Bengkulu, daerah yang dijadikan Inggris sebagai pusat perdagangan rempah yang dikendalikan EIC dari dalam Fort Marlborough.
Serangan Prancis menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi EIC. Kerusakan Fort Marlborough, ditenggelamkannya Kapal Denham milik loji Inggris. Pada 10 Mei 1760, Comte d’Estaing memimpin pasukanya menyerang Benteng Anna milik Inggris di Muko-Muko. Benteng Anna yang saat itu dijaga garnisun yang berkekuatan empat puluh orang.
Baca Juga: Pesulap Merah angkat bicara pasca dilaporkan Gus Samsudin
Dalam kurun waktu tersebut, Comte d’Estaing juga melakukan sejumlah serangan dan menghancurkan benteng milik Inggris yang berada di sepanjang pantai barat Sumatera. Serangan-serang tersebut telah menceraiberaikan empat ratus serdadu Inggris dan sejumlah tentara bayaran, serta merampas lima puluh ton merica.
Kekuasan Prancis berakhir di Bengkulu pada tanggal 10 Februari 1763. Setelah dilakukannya penandatanganan Traktat Paris (1763). Traktar Paris 1763 merupakan perjanjian yang menyudahi perang tujuh tahun dan rekonsiliasi antara Kerajaan Prancis dengan Kerajaan Inggris setelah melakukan perundingan selama tiga tahun.
Baca Juga: Bak adegan film, kawanan bandit tarik mesin ATM pakai mobil
Artikel Terkait
Netizen heboh lagi, Gus Samsudin salah artikan ayat saat debat dengan dr Richard Lee
Koalisi Gerindra – PKB usung Prabowo Capres 2024
Ngeri, begini prediksi Master Limbad terkait pertikaian Pesulap Merah dengan Gus Samsudin
Program Kartu Prakerja gelombang 41 dibuka, buruan daftar
Pesulap Merah angkat bicara pasca dilaporkan Gus Samsudin